Senin, 25 Juli 2011

renungan

apa arti kehidupan??? apa arti perjuangan??/ dan bahkan untuk apa aq hidup????
kehidupan hanya sebuah cerita tentang LAHIR-KECIL-DEWASA-TUA-MATI... bahkan mungkin lebih singkat dari itu, aq sendiri gak tau sampai kapan bisa hidup dan berperan dalam kisah kehidupan ini,,, saat aq merasa senank, aq ingin hidup selamanya,,,tp di saat susah, hidup serasa amat pendek dan mungkin hampir akan berakhir...
kadang aq berfikir,, HIDUP KOQ SUSAH AMAT Y????? kapan aq bisa merasa puas? kapan aq bisa merasa KAYA?????kapan aq bisa hidup bahagia setiap detik?????..tp aq serink sekali lupa untuk bertanya " UNTUK APA AQ HIDUP???" & "KAPAN AQ BISA BERSYUKUR ? "....sebagai manusia biasa aq serink mengeluh, bahkan mungkin tiap hari,, tp keluhan dalam hidup itu hanya sekedar teman dalam kebimbangan & keterpurukan,,,,
kadang sebagai manusia , aq lupa 1 hal,,,
aq tau kalo dicubit itu sakit, dan pasti aq akan memarahi anak yg mencubit aku,...tp suatu ketika aq mencubit orang lain, klo dia marah sama aq, aq pasti berusaha umtuk mengelak,,, knp itu harus terjadi????? qt sama2 manusia, qt sama2 ciptaan Tuhan,pastilah apa yg qt rasakan atas suatu hal pasti juga dirasakan oleh orang lain,,,itu yg sulit untuk dipahami,,,

begitu juga kembali pada hal bersyukur,,dulu aq berfikir, kalo jadi anak smp itu asyik kayaknya ya?????...stlh smp aq berfikir klo jd sma asyik kyknya ya....dan stlh sma aq mikir kalo jd anak kuliahan asyik ya????ternyata stlh aq kuliah aq mikir,, ENAKAN MASA SD q....hehheehehhehee aq juga pernah mikir wktu aq masih kecil, "hebat ya klo bisa maen kmputer?" "enak ya klo punya kmputer sndiri".. " enak ya klo punya motor",,, ternyata setelah aq punya & bisa itu semua , aq masih saja pengen hal lain, dan hal yg sebelumnya mnjdi biasa lg,,,inilah kehidupan,,,,,

ada hal yg membuat  lucu lg,,, kadang aq berfikir jadi "DIA" itu enak ya??//????? setelah aq berteman dg "DIA" ternyata jadi dia gak seenak yg aq bayangkan, krn dia juga punya masalah, krn dia juga sering mengeluh,,intinya gak jauh beda sama aku..

dr itu semua aq hanya berkesimpulan awal (krn mgkn seirink jalannya waktu bisa berubah) bahwa benar pepatah jawa bilank " URIP IKU SAWANG-SINAWANG"...bersyukur lah atas apa yg kau miliki, selalu berusaha mempelajari kehidupan,

hadapi semua masalah dg ikhlas dan tenank, insyaallah semua bisa terselesaikan..JANGAN PERNAH SOMBONG ATAS APA YG QT RAIH, krn hidup juga "PERPUTARAN RODA",,,,

mungkin cerita atau tulisanq ini gak ada maknanya,,ini cerita hanya sekedar pelepas rinduq pada sahabatq yg lg jauh disana,,aq kangen km sob,,teruslah berjuang n gapai impianmu...

MISS U SOB........

Selasa, 05 April 2011

MENARA DESTILASI

Pengertian Distilasi

Distilasi adalah suatu cara pemisahan larutan dengan menggunakan panas sebagai pemisah atau “separating agent”. Jika larutan yang terdiri dari dua buah komponen yang cukup mudah menguap, misalnya larutan benzena-toluena, larutan n-Heptan dan n-Heksan dan larutan lain yang sejenis didihkan, maka fase uap yang terbentuk akan mengandung komponen yang lebih menguap dalam jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan fase cair.

Jadi ada perbedaan komposisi antara fase cair dan fase uap, dan hal ini merupakan syarat utama supaya pemisahan dengan distilasi dapat dilakukan. Kalau komposisi fase uap sama dengan komposisi fase cair, maka pemisahan dengan jalan distilasi tidak dapat dilakukan.

Proses distilasi dalam kilang minyak bumi merupakan proses pengolahan secara fisika yang primer yang mengawali semua proses-proses yang diperlukan untuk memproduksi BBM dan Non-BBM. Proses distilasi ini dapat menggunakan satu kolom atau lebih menara distilasi, misalnya residu dari menara distilasi dialirkan ke menara distilasi hampa atau ke menara distilasi bertekanan.

Secara fundamental semua proses-proses distilasi dalam kilang minyak bumi adalah sama. Semua proses distilasi memerlukan beberapa peralatan yang penting seperti :

- Kondensor dan Cooler

- Menara Fraksionasi

- Kolom Stripping

Proses pemisahan secara distilasi dengan mudah dapat dilakukan terhadap campuran, dimana antara komponen satu dengan komponen yang lain terdapat dalam campuran :

a. Dalam keadaan standar berupa cairan, saling melarutkan menjadi campuran homogen.

b. Mempunyai sifat penguapan relatif (α) cukup besar.

c. Tidak membentuk cairan azeotrop.

Pada proses pemisahan secara distilasi, fase uap akan segera terbentuk setelah sejumlah cairan dipanaskan. Uap dipertahankan kontak dengan sisa cairannya (dalam waktu relatif cukup) dengan harapan pada suhu dan tekanan tertentu, antara uap dan sisa cairan akan berada dalam keseimbangan, sebelum campuran dipisahkan menjadi distilat dan residu.

Fase uap yang mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap relatif terhadap fase cair, berarti menunjukkan adanya suatu pemisahan. Sehingga kalau uap yang terbentuk selanjutnya diembunkan dan dipanaskan secara berulang-ulang, maka akhirnya akan diperoleh komponen-komponen dalam keadaan yang relatif murni.

Keseimbangan Uap -Cair

Untuk dapat menyelesaikan soal-soal distilasi harus tersedia data-data keseimbangan uap-cair sistim yang dikenakan distilasi. Data keseimbangan uap-cair dapat berupa tabel atau diagram. Tiga macam diagram keseimbangan yang akan dibicarakan, yaitu :

· Diagram Titik didih

Diagram titik didih adalah diagram yang menyatakan hubungn antara temperatur atau titik didih dengan komposisi uap dan cairan yang berkeseimbangan. Di dalam diagram titik didih tersebut terdapat dua buah kurva, yaitu kurva cair jenuh dan uap jenuh. Kedua kurva ini membagi daerah didalam diagram menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Daerah satu fase yaitu daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh.

2. Daerah satu fase yaitu daerah yang terletak datas kurva uap jenuh.

3. Daerah dua fase yaitu daerah uap jenuh dan cair jenuh yang terletak di antara kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh.





· Diagram Keseimbangan uap-cair

Diagram keseimbangan uap-cair adalah diagram yang menyatakan hubungan keseimbangan antara komposisi uap dengan komposisi cairan. Diagram keseimbangan uap-cair dengan mudah dapat digambar, jika tersedia titik didihnya.

· Diagram Entapi-komposisi

Diagram entalpi-komposisi adalah diagram yang menyatakan hubungan antara entalpi dengan komposisi sesuatu sistim pada tekanan tertentu. Didalam diagram tersebut terdapat dua buah kurva yaitu kurva cair jenuh dan kurva uap jenuh. Setiap titik pada kurva cair jenuh dihubungkan dengan gari hubung “tie line” dengan titik tertentu pada kurva uap jenuh, dimana titik-titik tersebut dalam keadaan keseimbangan. Dengan adanya kedua kurva tersebut, daerah didalam diagram terbagi menjadi 3 daerah, yaitu

1. Daerah cairan yang terletak dibawah kurva cair jenuh.

2. Daerah uap yang terletak diatas kurva uap jenuh.

3. Daerah cair dan uap yang terletak diantara kurva cair jenuh dengan kurva uap jenuh

Dibawah kurva cair jenuh terdapat isoterm-isoterm yang menunjukkan entalpi cairan pada berbagai macam komposisi pada berbagai temperatur.



2.2 Macam-macam Distilasi

Distilasi berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Distilasi kontinyu
2. Distilasi batch

Berdasarkan basis tekanan operasinya terbagi menajdi tiga, yaitu :

1. Distilasi atmosferis (0,4-5,5 atm mutlak)
2. Distilasi vakum (≤ 300 mmHg pada bagian atas kolom)
3. Distilasi tekanan (≥ 80 psia pada bagian atas kolom)



Berdasarkan komponen penyusunnya :

1. Distilasi sistem biner
2. Distilasi sitem multi komponen

Berdasarkan sistem operasinya terbagi dua, yaitu :

1. Single-stage Distillation
2. Multi stage Distillation

Distilasi Vakum

Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm (300 mmHg absolut). Distilasi yang dilakukan dalam tekanan operasi ini biasanya karena beberapa alasan yaitu :

a. Sifat penguapan relatif antar komponen biasanya meningkat seiring dengan menurunnya boiling temperature. Sifat penguapan relatif yang meningkat memudahkan terjadinya proses separasi sehingga jumlah stage teoritis yang dibutuhkan berkurang. Jika jumlah stage teoritis konstan, rasio refluks yang diperlukan untuk proses separasi yang sama dapat dikurangi. Jika kedua variabel di atas konstan maka kemurnian produk yang dihasilkan akan meningkat.

b. Distilasi pada temperatur rendah dilakukan ketika mengolah produk yang sensitif terhadap variabel temperatur. Temperatur bagian bawah yang rendah menghasilkan beberapa reaksi yang tidak diinginkan seperti dekomposisi produk, polimerisasi, dan penghilangan warna.

c. Proses pemisahan dapat dilakukan terhadap komponen dengan tekanan uap yang sangat rendah atau komponen dengan ikatan yang dapat terputus pada titik didihnya.

d. Reboiler dengan temperatur yang rendah yang menggunakan sumber energi dengan harga yang lebih murah seperti steam dengan tekanan rendah atau air panas.

Distilasi Multikomponen

Perhitungan distilasi multikomponen lebih rumit dibandingkan dengan perhitungan distilasi biner karena tidak adapat digunakan secara grafis. Dasar perhitungannya adalah penyelesaian persamaan-persamaan neraca massa, neraca energi dan kesetimbangan secara simultan. Bila distilasi melibatkan C komponen dengan N buah tahap kesetimbangan maka jumlah persamaan yang terlibat dalam perhitungan adalah N × C persamaan neraca massa, N × C relasi kesetimbangan dan N persamaan neraca energi.



Perhitungan distilasi multikomponen dilakukan dengan 2 tahap :

1. Perhitungan awal, dilakukan dengan metode pintas (Shortcut Calculation)

Perhitungan awal digunakan untuk analisis kualitatif dari suatu kolom distilasi atau perhitungan awal rancangan dengan tujuan :

1.
* Memperkirakan komposisi produk atas dan bawah
* Tekanan sistem
* Jumlah tahap kesetimbangan
* Lokasi umpan masuk
2. Perhitungan tahap demi tahap dilakukan dengan metode eksak yang merupakan penyelesaian banyak persamaan aljabar :
* Metode sederhana dengan kalkulator
* Metode MESH dengan program komputer

Single-stage Distillation

Single-stage Distillation biasa juga disebut dengan flash vaporization atau equilibrium distillation, dimana campuran cairan diuapkan secara parsial. Pada keadaan setimbang, uap yang dihasilkan bercampur dengan cairan yang tersisa, namun pada akhirnya uap tersebut akan dipisahkan dari kolom seperti juga fase cair yang tersisa. Distilasi jenis ini dapat dilakukan dalam kondisi batch maupun kontinyu.



2.3 Tray Tower

Tray tower merupakan bejana vertikal dimana cairan dan gas dikontakkan melalui plate-plate yang disebut sebagai tray. Fungsi dari penggunaan tray adalah untuk memperbesar kontak antara cairan dan gas sehingga komponen dapat dipisahkan sesuai dengan rapat jenisnya, dalam bentuk gas atau cairan. Jumlah tahapan atau tray dalam suatu kolom tergantung pada tingginya kesulitan pemisahan zat yang akan dilakukan dan juga ditentukan berdasarkan perhitungan neraca massa dan kesetimbangan. Efisiensi tray dan jumlah tray yang sebenarnya ditentukan oleh desain yang digunakan dan kondisi operasi, sedangkan diameter kolom bergantung pada jumlah gas dan cairan yang melewati kolom per unit waktu.

Untuk mendapatkan produk yang baik diperlukan alat kontak antara uap dengan cairan. Beberapa jenis alat kontak antara uap dengan cairan adalah bubble cap tray, grid tray, sieve tray dan valve tray.

Sieve Tray

Sieve tray merupakan jenis tray yang paling sederhana dibandingkan jenis tray yang lain dan lebih murah daripada jenis bubble cap. Pada Sieve tray uap naik ke atas melalui lubang-lubang pada plate dan terdispersi dalam cairan sepanjang plate. Cairan mengalir turun ke plate di bawahnya melalui down comer dan weir.

Meskipun sive tray mempunyai kapasitas yang lebih besar pada kondisi operasi yang sama dibandingkan dengan bubble cap, namun sieve tray mempunyai satu kekurangan yang cukup serius pada kecepatan uap yang relatif lebih rendah dibandingkan pada kondisi operasi normal. Pada sieve tray, aliran uap berfungsi mencegah cairan mengalir bebas ke bawah melalui lubang-lubang, tiap plate di desain mempunyai kecepatan uap minimum yang mencegah terjadinya peristiwa “dumps” atau “shower” yaitu suatu peristiwa dimana cairan mengalir bebas mengalir ke bawah melalui lubang-lubang pada plate.

Kecepatan uap minimum ini yang harus amat sangat diperhatikan dalam mendesain sieve tray dan menjadi kesulitan tersendiri dalam kondisi operasi sesungguhnya.Efisiensi sieve tray sama besarnya dengan bubble cap pada kondisi desain yang sama, namun menurun jika kapasitasnya berkurang di bawah 60% dari desain.







Sectional construction

Seksi plate dipasang pada cincin yang dilas di sekeliling dinding kolom bagian dalam dan pada balok-balok penyangga. Lebar balok penyangga dan cincin sekitar 50 mm, dengan jarak antar satu balok dengan yang lainnya sekitar 0.6 m. Balok penyangga dipasang horizontal sebagai penyangga plate, biasanya di bentuk dari lembaran yang dilipat atau dibentuk. Satu bagian dari plate di desain bisa di pindahkan yang berfungsi sebagai manway. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah manway yang dapat mengurangi biaya konstruksi.

Downcomers

Downcomer terdapat pada semua equilibrium-stage trays, bertujuan sebagai media cairan untuk mengalir dari tray atas ke tray di bawahnya. Downcomer di desain untuk menyediakan kapasitas penanganan cairan yang cukup untuk kolom distilasi dan pada waktu yang sama untuk memenuhi luas minimum dari area cross-sectional, sehingga area aktif dari pada tray akan maksimum. Jenis-jenis downcomer dapat dilihat pada gambar di bawah ini.Merupakan jenis yang paling sederhana dan murah dalam konstruksi dan paling memuaskan untuk berbagai macam tujuan. Channel downcomer dibentuk dari plat rata yang kemudian disebut apron yang dipasang dengan posisi ke bawah dari outlet weir. Apron biasanya vertikal, namun bisa juga agak miring untuk meningkatkan area plate untuk perforation.

Flooding

Flooding terjadi jika busa pada plate berakumulasi melebihi penyangga downcomer. Downcomer kemudian mengandung campuran yang mempunyai densitas yang lebih rendah dari cairan murni, kapasitasnya berkurang, level cairan meningkat pada downcomer sampai akhirnya mencapai tray di atasnya dan selanjutnya akan mencapai keadaan dimana cairan memenuhi kolom

Weep Point.

Weep point bisa diartikan sebagai kecepatan minimum uap yang dapat memberikan kestabilan kondisi operasi.





Tray spacing

Tray spacing merupakan jarak antara satu tray dengan tray yang lainnya. Biasanya sekitar 6 inci lebih pendek dari bubble cap tray. Sieve tray beroperasi pada spacing sekitar 9 inci sampai 3 inci. Yang biasa digunakan adalah sekitar 12-16 inci.

Hole Size, arrangement and Spacing

Diameter lubang dan pengaturannya bervariasi tergantung kebutuhan dan keinginan dari yang mendesain. Yang biasa dipakai untuk kegiatan komersil yaitu diameter ¾ dan 1 inci. Diameter lubang direkomendasikan untuk self cleaning yaitu 3/16 inci. Diameter ½ inci bisa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan termasuk yang melibatkan fouling dan cairan yang mengandung solid tanpa kehilangan efisiensi. Diameter 1/8 inci sering digunakan untuk kondisi vakum

Pengaturan posisi lubang atau arrangement bisa berupa triangular pitch (segitiga) atau square pitch (segiempat), lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.Jika jarak antar lubang dua kali diameter maka cenderung akan mengalami “unstable operation”. Jarak lubang yang direkomendasikan adalah 2.5 do sampai 5 do, dan yang paling direkomendasikan 3.8 do.

Active Hole Area

Ialah luasan total pada plate termasuk di dalamnya ialah perforated area dan calming zone.

Perforated Area

Perforated area atau hole area ialah area pada plate dimana masih terdapat lubang-lubang tempat kontaknya cairan dan uap.

Calming Zone

Ialah area pada plate yang tidak terdapat lubang-lubang.

Height of Liquid Over Outlet Weir, how

Batas minimum tinggi weir adalah 0.5 inci, dengan 1-3 inci yang paling direkomendasikan. Untuk lebih jelasnya biasa dilihat pada gambar di bawah ini.

Untuk menentukan jumlah tahap yang dibutuhkan pada distilasi multi komponene diperlukan dua kunci, yaitu Light Key Component (LK) dan Heavy Key Component (HK) komponen. Light Key Component adalah komponen fraksi ringan pada produk bawah dalam jumlah kecil tapi tidak dapat diabaikan. Heavy Key Component adalah komponen fraksi berat pada produk atas dalam jumlah kecil yang tidak dapat diabaikan. LK dan HK diperlukan untuk mengetahui distribusi komponen lain. Jumlah tahap yang diperlukan untuk pemisahan juga tergantung pada rasio refluks (perbandingan refluks) yang digunakan.

R=

Dengan menaikkan reflux akan menurunkan jumlah tahap yang dibutuhkan dan menurunkan capital cost tetapi hal ini akan menaikkan kebutuhan steam serta operating cost. Sehingga diperlukan nilai rasio optimum yang memberikan biaya operasi yang rendah. Untuk mendapatkan beberapa sistem nilai rasio optimum antara 1,2 sampai 1,5 kali refluks minimum.



Efisiensi Tray

Efisiensi tray adalah pendekatan fraksional terhadap kondisi kesetimbangan yang dihasilkan oleh tray aktual. Untuk itu dibutuhkan pengukuran terhadap kesetimbangan seluruh uap dan cairan yang berasal dari tray, namun karena kondisi dari beberapa lokasi pada tray berbeda antara tray sartu dengan yang lain, digunakan pendekatan titik efisiensi akibat perpindahan massa tray

Untuk menghitung efisiensi dari pemisahan umpan menjadi produk atas dan produk bawah digunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah plate minimum dengan metode Fenske.

2. Menetukan jumlah refluk minimum dengan metode Underwood.

3. Menentukan jumlah plate teoritis dengan metode:

a. Grafik Gilliland

Sabtu, 02 April 2011

WINE

Wine merupakan minuman beralkohol yang biasanya terbuat dari jus anggur yang difermentasi. Keseimbangan sifat alami yang terkandung pada buah anggur, menyebabkan buah tersebut dapat difermentasi tanpa penambahan gula, asam, enzyme, ataupun nutrisi lain. Wine dibuat dengan cara memfermentasi jus buah anggur menggunakan khamir dari type tertentu. Yeast tersebut akan mengkonsumsi kandungan gula yang ada pada buah anggur dan mengubahnya menjadi alkohol. Perbedaan varietas anggur dan strain khamir yang digunakan, tergantung pada type dari wine yang akan diproduksi (Johnson, 1989).
Teknologi pengolahan anggur menjadi wine pertama kali dikembangkan oleh orang Mesir pada tahun 2500 sebelum Masehi. Dari mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai ke Spanyol, Jerman, Prancis, dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus teknologi pengolahan dan budidaya anggur mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika Selatan, Asia termasuk Indonesia, dan Australia. Penyebaran ini juga menjadikan anggur mempunyai beberapa sebutan, seperti grape di Amerika dan Eropa, putao di China, dan Anggur di Indonesia (Wahyu, 2004).
Selain menggunakan buah anggur, minuman wine juga dapat dibuat dari buah-buahan lain yang banyak mengandung gula, seperti apel, berry, lengkeng, ataupun nenas. Penamaan minuman anggur atau wine yang dibuat dari selain buah anggur biasanya menyertakan nama buah yang digunakan, seperti wine apel, ataupun wine berry dan secara umum disebut dengan Fruity wine. Sedangkan jika wine terbuat dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti beras dan gandum, maka wine tersebut lebih dikenal dengan istilah minuman Sake (barley wine atau rice wine). Minuman wine yang dibuat dari bahan baku jahe dikenal dengan sebutan Brandy (Allen, 2008).
Minuman anggur atau wine dapat dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu Red Wine, White Wine, Rose Wine, Sparkling Wine, Sweet Wine, dan Fortified Wine.
1. Red Wine
Red Wine adalah wine yang dibuat dari anggur merah (red grapes). Beberapa jenis anggur merah yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah merlot, cabernet sauvignon, syrah/shiraz, dan pinot noir.
2. White Wine
White Wine adalah wine yang dibuat dari anggur putih (white grape). Beberapa jenis anggur hijau yang terkenal di kalangan peminum wine di Indonesia adalah chardonnay, sauvignon blanc, semillon, riesling, dan chenin blanc.
3. Rose Wine
Rose Wine adalah wine yang berwarna merah muda atau merah jambu yang dibuat dari anggur merah namun dengan proses ekstraksi warna yang lebih singkat dibandingkan dengan proses pembuatan Red Wine. Di daerah Champagne, kata Rose Wine mengacu pada campuran antara White Wine dan Red Wine.
4. Sparkling Wine
Sparkling Wine adalah wine yang mengandung cukup banyak gelembung karbon dioksida di dalamnya. Sparkling Wine yang paling terkenal adalah Champagne dari Prancis. Hanya Sparkling Wine yang dibuat dari anggur yang tumbuh di desa Champagne dan diproduksi di desa Champagne yang boleh disebut dan diberi label Champagne.
5. Sweet Wine
Sweet Wine adalah wine yang masih banyak mengandung gula sisa hasil fermentasi (residual sugar) sehingga membuat rasanya menjadi manis.
6. Fortified Wine
Fortified Wine adalah wine yang mengandung alkohol lebih tinggi dibandingkan dengan wine biasa (antara 15% hingga 20.5%). Kadar alkohol yang tinggi ini adalah hasil dari penambahan spirit pada proses pembuatannya.
Fruity Wine (anggur buah) adalah minuman beralkohol hasil fermentasi sari buah dengan atau tanpa Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan. Sari buah yang biasa digunakan oleh winemaker dalam pembuatan wine adalah buah anggur, karena memiliki kandungan glukosa yang tinggi yaitu 75 – 150 mg/ml. Berdasarkan jenis anggur yang digunakan wine dapat dibedakan atas dua macam, yaitu red wine dan white wine. Perbedaan keduanya dapat terletak pada bahan baku, red wine menggunakan anggur anggur merah sedangkan white wine menggunakan anggur hijau atau anggur merah yang dikupas kulitnya (Effendi, 2004). Selain itu lama dan suhu fermentasi dari kedua jenis ini berbeda, red wine membutuhkan waktu fermentasi selama 3 – 5 hari pada 24 – 270C sedangkan white wine membutuhkan waktu selama 7 – 14 hari pada 10 – 210C.
Pada dasarnya hampir semua buah dapat dibuat menjadi wine terutama yang mengandung gula (15 – 18%). Bila kandungan gula pada buah kurang atau tidak mencukupi, maka sering ditambahkan gula pada saat proses fermentasi wine. Syarat medium yang baik untuk pembuatan wine atau anggur, yaitu :
1. Harus mempunyai kandungan nutrisi tinggi
2. Mempunyai keasaman yang tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan.
3. Kandungan gula cukup tinggi
4. Mempunyai aroma yang sedap.
Varietas anggur yang digunakan dalam pembuatan wine (anggur), yaitu Vitis Vinifera dan Vitis labrusca. Berikut ini ciri-ciri dari kedua jenis anggur tersebut, yaitu :
1. Vitis Vinifera
• Kulit tipis, rasa manis, dan segar
• Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 300 m dar permukaan laut beriklim kering
• Termasuk jenis ini adalah dari Eropa (Pinot Noir, Chardonnay, Cabernet Sauvignon, Gamay and Merlot) dan dari Indonesia (Gros Colman, Probolinggo biru dan putih, Situbondo Kuning, Alphonso lavalle, dan Golden Camphion).
2. Vitis Labrusca
• Kulit tebal, rasa asam, dan kurang segar
• Kemampuan tumbuh dari dataran rendah hingga 900 m dpl
• Termasuk jenis ini adalah Brilliant, Delaware, Carman, Beacon, dan Isabella
Mikroorganisme yang sering berperan dalam fermentasi anggur buah adalah dari golongan khamir dari genus Saccharomyces, Candida, Hansenula pichia. Dari genus Saccharomyces yang dapat digunakan dalam pembuatan anggur buah antara lain Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces ovifformes, dan Saccharomyces fermentati (Frazier and Westhoff, 1978).
Khamir yang biasa dan banyak digunakan untuk fermentasi buah anggur adalah Sacharomyces cerevisiae dari varietas ellipsoideus. Saccharomyces cerevisiae varietas ellipsoideus biasa digunakan untuk fermentasi buah anggur karena khamir jenis ini mempunyai sifat yang dapat mengadakan fermentasi pada suhu yang agak tinggi yaitu 30 oC. Selain itu dapat menghasilkan alkohol cukup tinggi yaitu 18 – 20 % (v/v). Khamir jenis ini juga mampu memfermentasi beberapa macam gula diantaranya sukrosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa, maltosa dan maltotriosa (Fardiaz, 1989). Fermentasi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae dapat dilakukan pada pH 4 – 5 dengan temperatur 27 – 35 0C, proses ini dapat berlangsung 35 – 60 jam. Taksonomi Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai berikut (Anonymousa, 2009) :
Divisi : Eumycophyta
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Sacharomycetales
Famili : Sacharomycetaceae
Genus : Sacharomyces
Species : Sacharomyces cerevisiae
Sel yang termasuk jenis Sacharomyces cerevisiae berbentuk bulat, oval, atau memanjang. Dalam industry alkohol atau pembuatan anggur digunakan khamir permukaan yang disebut top yeast, yaitu khamir yang bersifat fermentative kuat dan tumbuh dengan cepat pada suhu 200C. Khamir permukaan tumbuh secara menggerombol dan melepaskan karbon dioksida dengan cepat mengakibatkan sel terapung pada permukaan. Contohnya adalah Sacharomyces cerevisiae var.ellipsoideus merupakan galur yang dapat memproduksi alkohol dalam jumlah tinggi, sehingga digunakan dalam industry pembuatan alkohol atau anggur (Fardiaz, 1989).
Menurut Anonymous (2008) fermentasi wine adalah proses dimana juice anggur bersama-sama dengan bahan yang lain yang diubah secara reaksi biokimia oleh khamir dan menghasilkan wine. Bahan untuk proses fermentasi adalah gula ditambah khamir yang akan menghasilkan alkohol dan CO2. CO2 akan dilepaskan dari campuran wine menuju udara dan alkohol akan tetap tinggal di fermentor. Jika semua gula buah sudah diubah menjadi alkohol atau alkohol telah mencapai sekitar 15% biasanya fermentasi telah selesai atau dihentikan. Pada pembuatan wine tedapat tahapan-tahapan proses, yaitu :
1. Penghancuran dan Perlakuan Anggur Sebelum Fermentasi
Proses pertamakali yang dilakukan adalah menghancurkan anggur. Untuk wine putih kulit dari anggur dihilangkan, sedangkan wine merah dihancurkan beserta kulitnya. Setelah itu dilakukan pendinginan pada suhu 5 – 100C dalam waktu 24 – 48 jam dengan bantuan enzim pectinase untuk menghancurkan material anggur.
Pada fermentasi wine atau anggur juga dilakukan penambahan SO2 kedalam jus/cairan buah anggur dengan tujuan untuk mencegah browning selama penghancuran buah dan menghambat aktivitas khamir lain yang tidak diinginkan.
2. Fermentasi Alkohol
Secara tradisional fermantasi dari anggur dilakukan di dalam tangki kayu yang besar atau tangki beton, tetapi kebanyakan wine modern sekarang menggunakan tangki stainless steel yang canggih dengan fasilitas pengontrol suhu, alat pembersih dan lainnya. Anggur putih secara umum difermentasi pada suhu 10 – 210C pada 7-14 hari atau lebih, sedangkan Anggur merah difermentasi antara 3 – 5 hari dengan suhu antara 24 – 270C. Pada fermentasi ini yeast yang digunakan yaitu Saccharomyces cerevisiae yang diinokulasi dalam jus dengan populasi 106-107 cells/ml.

Menurut Hotmaka and Ebner (1995) alkohol merupakan cairan yang mempunyai sifat fisik sebagai berikut :
1. Berbentuk cair
2. Tidak berwarna
3. Volatile (mudah menguap)
4. Dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan
5. Mendidih pada suhu 790C
6. Membeku pada suhu -1170C
7. Mempunyai berat molekul 46 g/mol
Menurut Fardiaz (1989) fermentasi alkohol meliputi dua tahapan, yaitu :
1) Pemecahan rantai carbon melalui jalur EMP (Embden Mayorhof Parnas) menghasilkan karbon teroksidasi yaitu asam Piruvat.
2) Asam viruvat akan dirubah menjadi produk akhir berupa alkohol
Pada fermentasi alkohol bahan-bahan yang mengandung Monosakarida (glukosa) langsung dapat difermentasi, akan tetapi Disakarida, Pati maupun Karbohidrat Komplek harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana.

Senin, 28 Februari 2011

Hidrolisa Pati

I.Pendahuluan
Gula merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, selama ini kebutuhan gula dipenuhi oleh industri gula (penggilingan tebu). Industri kecil seperti gula merah, gula aren. Gula dapat berupa glukosa, sukrosa, fruktosa, sakrosa. Gukosa dapat digunakan sebagai pemanis dalam makanan, minuman, dan es krim.
Glukosa dibuat dengan jalan fermentasi dan hidrolisa. Pada proses hidrolisa biasanya menggunakan katalisator asam seperti HCl, asam sulfat. Bahan yang digunakan untuk proses hidrolisis adalah pati. Di Indonesia banyak dijumpai tanaman yang menghasilkan pati. Tanaman-tanaman itu seperti padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian, aren, dan sebagainya
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis basa, gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim. Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah orde satu karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat menggunakan katalisator ion H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut:
(C6H10O5)x + x H2O → x C6H12O6
Berdasarkan teori kecepatan reaksi:
-rA = k Cpati Cair …..(1)
karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama perubahan reaksi sama dengan k’, dengan besarnya k’ :
k‘ = k Cair …..(2)
sehingga persamaan 51 dapat ditulis sebagai berikut -rA = k Cpati . Dari persamaan kecepatan reaksi ini, reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu.
Jika harga -rA = –         mmenjadi akan persamaan (2) menjadi:
- = k’ CA ………………………………….(3)
Apabila CA = CAo (1- XA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1 ; CAo dan t2 ; CA akan diperoleh persamaan :
ln     = k’ (t2 – t1)
ln  = k’ (t2 – t1)………………………..(4)
Dimana XA= konversi reaksi setelah t detik. Persamaan 59 dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan regresi y = mx +c, dengan y = ln 1/(1- XA) dan x = t2.
Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap reaksi hidrolisa :
1. Katalisator
Hampir semua reaksi hidrolisa memerlukan katalisator untuk mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau asam sebagai katalisator, karena kerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beraneka ragam mulai dari asam klorida (Agra dkk, 1973; Stout & Rydberg Jr., 1939), Asam sulfat sampai asam nitrat. Yang berpengaruh terhadap kecepatan reaksi adalah konsentrasi ion H, bukan jenis asamnya. Meskipun demikian di dalam industri umumnya dipakai asam klorida. Pemilihan ini didasarkan atas sifat garam yang terbentuk pada penetralan gangguan apa-apa selain rasa asin jika konsentrasinya tinggi. Karena itu konsentrasi asam dalam air penghidrolisa ditekan sekecil mungkin. Umumnya dipergunkan larutan asam yang mempunyai konsentrasi asam lebih tinggi daripada pembuatan sirup. Hidrolisa pada tekanan 1 atm memerlukan asam yang jauh lebih pekat.
2. Suhu dan tekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arhenius.makin tinggi suhu, makin cepat jalannya reaksi. Untuk mencapai konversi tertentu diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk menghidrolisa pati ketela rambat pada suhu 100°C. tetapi kalau suhunya dinaikkan sampai suhu 135°C, konversi yang sebesar itu dapat dicapai dalam 40 menit (Agra dkk,1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung dengan katalisator asam sulfat memerlukan suhu 160°C. karena panas reaksi hampir mendekati nol dan reaksi berjalan dalam fase cair maka suhu dan tekanan tidak banyak mempengaruhi keseimbangan.
3. Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu adanya pencampuran. Untuk proses batch, hal ini dapat dicapai dengan bantuan pengaduk atau alat pengocok (Agra dkk,1973). Apabila prosesnya berupa proses alir (kontinyu), maka pencampuran dilakukan dengan cara mengatur aliran di dalam reaktor supaya berbentuk olakan.
4. Perbandingan zat pereaksi
Kalau salah satu zat pereaksi berlebihan jumlahnya maka keseimbangan dapat menggeser ke sebelah kanan dengan baik. Oleh karena itu suspensi pati yang kadarnya rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan kadar patinya tinggi. Bila kadar suspensi diturunkan dari 40% menjadi 20% atau 1%, maka konversi akan bertambah dari 80% menjadi 87 atau 99% (Groggins, 1958). Pada permukaan kadar suspensi pati yang tinggi sehingga molekul-molekul zat pereaksi akan sulit bergerak. Untuk menghasilkan pati sekitar 20%.
II. Klasifikasi Hidrolisa
a)      Hidrolisa fase gas
Sebagai penghidrolisa adalah air dan reaksi berjalan pada fase uap.
b)      Hidrolisa fase cair
Pada hidrolisa ini, ada 4 tipe hidrolisa, yaitu :
  • Hidrolisa murni
Efek dekomposisinya jarang terjadi, tidak semua bahan terhidrolisa. Efektif digunakan pada :
  • Reaksi Grigrard dimana air digunakan sebagai penghidrolisa.
  • Hidrolisa bahan-bahan berupa anhidrid asam Laktan dan laktanida.
  • Hidrolisa senyawa alkyl yang mempunyai komposisi kompleks.
  • Hidrolisa asam berair
Pada umumnya dengan HCl dan H2SO4, dimana banyak digunakan pada industri bahan pangan, misal :
  • Hidrolisa gluten menjadi monosodium glutamate.
  • Hidrolisa pati menjadi glukosa.
Sedangkan H2SO4 banyak digunakan pada hidrolisa senyawa organik dimana peranan H2SO4 tidak dapat diganti.
  • Hidrolisa dengan alkali berair
Penggunaan konsentrasi alkali yang rendah dalam proses hidrolisa diharapkan ion H+ bertindak sebagai katalisator sedangkan pada konsentrasi tinggi diharapkan dapat bereaksi dengan asam yang terbentuk.
  • Hidrolisa dengan enzim
Senyawa dapat digunakan untuk mengubah suatu bahan menjadi bahan hidrolisa lain. Hidrolisa ini dapat digunakan :
  • Hidrolisa molase
  • Beer (pati → maltosa/glukosa) dengan enzim amylase
Aplikasi Hidrolisa Pati
-          Industri makanan dan minuman menggunakan sirup glukosa hasil hidrolisis pati sebagai pemanis
-          Produk akhir hidrolisa pati adalah glukosa yang dapat dijadikan bahan baku untuk produksi fruktosa dan sorbitol
-          Banyak digunakan dalam industri obat-obatan
-          Glukosa yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioethanol

Senin, 21 Februari 2011

Analisis Kimia

1.1 Pendahuluan
Pada dasarnya konsep analisis kimia dapat dibagi atas 2 bagian, yakni:
1. Analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui.
2. Analisis kuantitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada di dalam suatu sampel ( contoh )
Ada 2 aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan identifikasi. Kedua aspek ini dilandasi oleh kelarutan, keasaman pembentukan senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Sifat- sifat ini sebagai sifat periodik menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfida, hidroksida, karbonat sulfat dan garam-garam lainnya dari logam.
Walaupun analisis kualitatif (analisis klasik) sudah banyak ditinggalkan, namun analisis kualitatif ini merupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan konsep-konsep dasar yang telah dipelajari dalam kimia dasar.
Setelah melakukan analisis kualitatif, diketahui komponen apa atau pengotor apa yang ada dalam sampel tertentu, seringkali diperlukan informasi tambahan mengenai berapa banyaknya masing-masing komponen atau pengotor tersebut. Beberapa teknik analisis kuantitatif diklasifikasikan atas dasar :
1. Pengukuran banyaknya pereaksi yang diperlukan untuk menyempurnakan suatu reaksi atau banyaknya hasil reaksi yang terbentuk.
2. Pengukuran besarnya sifat listrik (misalnya potensiometri)
3. Pengukuran sifat optis (pengukuran absorbans)
4. Kombinasi dari 1 dan 2 atau 1 dan 3.
Analisis kimia kuantitatif yang klasik menyangkut analisis gravimetri dan titrimetri. Dalam analisis gravimetri, zat yang akan ditentukan diubah ke dalam bentuk endapan yang sukar larut, selanjunya dipisahkan dan ditimbang.
Sedangkan analisis titrimetri yang sering disebut analisis volumetri, zat yang akan ditentukan dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang diketahui sebagai larutan standar (baku). Kemudian volume larutan tersebut yang diperlukan untuk dapat bereaksi sempurna tersebut diukur. Selain kedua metode analisis tersebut di atas, dalam analisis dasar ini akan dipelajari pula metode spektroskopi absorbsi


1.2 Sistematika Analisis Kation
Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sampel (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada.
Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan reagen (pereaksi ) tertentu yang kan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu.
Analaisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-masing golongan ke dalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan memisahkan dari ion-ion lainnya. Sebagai suatu gambaran, penambahan HCl dalam larutan yang mengandung semua ion hanya akan mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+), perak (Ag+) dan raksa (Hg22+) . Setelah ion-ion golongan ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam. Setelah endapan dipisahkan perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisahnya golongan lain..
Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan, berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat.
Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut. Skema di bawah ini memperlihatkan pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai dengan V berdasarkan sifat kimianya. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation.


SKEMA PEMISAHAN KATION-KATION KE DALAM GOLONGANNYA
Golongan I-V

Endapan Saringan
Gol. I Gol II-V
HCl, H2S
Endapan saringan
Gol II Gol. III-IV
NH4OH, NH4Cl, H2S
Endapan Saringan
Sulfida
Gol. IV-V
Gol. III
Hidroksida
( NH¬4)2CO3, NH4OH, NH4Cl
Endapan Saringan
Gol. IV Gol. V



Keterangan :
Golongan I : Ag+, Pb2+, Hg22+
Golongan II : Hg2+, Cu2+, Bi3+, Cd2+ As3+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+
Golongan III : Fe2+, Fe3+, Al3+, Cr2+ Zn2+, Co2+, Ni2+, Mn2+
Golongan IV : Ba2+, Sr2+, Ca2+
Golonagn V : Mg2+, Na+, K+, NH4+
I.3 Pemisahan dan Identifikasi Kation Golongan I
Garam-garam klorida Ag+, Pb2+, Hg22+ tidak larut di dalam air sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar pemisahan golongan I dari golongan lainnya ( golongan II-V) . Bila ke dalam larutan contoh ditambahkan asam klorida , maka kation-kation golongan I akan mengendap sebagai AgCl, PbCL2, Hg2Cl2. PbCl2 dapal larut dalam air panas sehingga dapat digunakan untuk memisahkan dari AgCl dan Hg2Cl2. Selanjutnya dilakukan uji spesisfik untuk ketiga kation tersebut.
Pb :
- sampel ditambahkan HCl terbentuk endapan putih PbCl2, tambahkan dengan NH3 tidak terjadi perubahan ditambahkan air panas larut

- sampel ditambahkan NH3 sedikit terbentuk endapan putih Pb(OH)2, dengan NH¬3 berlebih tidak ada perubahan
- sampel dengan NaOH sedikit terbentuk endapan putih Pb(OH)2, dengan NaOH berlebih larut [Pb(OH)4]2-
- sampel ditambahkan KI sedikit terbentuk endapan kuning PbI2, dengan KI berlebih tidak ada perubahan
- sampel ditambahkan K2CRO4 terbentuk endapan kuning PbCrO4, ditambahkan NH3 tidak ada perubahan
- sampel ditambahkan KCN sedikit terbentuk endapan putih Pb(CN)2, dengan KCN berlebih tidak terjadi perubahan
- sampel ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan putih PbCO3, dengan Na2CO3 mendidih tidak terjadi perubahan
Hg (I) :
- sampel ditambahkan HCl terbentuk endapan putih Hg2Cl2, ditambahkan dengan NH3 terbentuk endapan hitam Hg + HgNH2Cl ditambahkan air panas tidak terjadi perubahan
- sampel ditambahkan NH3 sedikit terbentuk endapan hitam, dengan NH¬3 berlebih tidak ada perubahan
- sampel dengan NaOH sedikit terbentuk endapan hitam Hg2O, dengan NaOH berlebih tidak terjadi perubahan
- sampel ditambahkan KI sedikit terbentuk endapan hijau Hg2I2, dengan KI berlebih menjadi abu-abu Hg mengendap
- sampel ditambahkan K2CrO4 terbentuk endapan merah Hg2CrO4, ditambahkan NH3 terbentuk endapan Hg hitam
- sampel ditambahkan KCN sedikit terbentuk endapan hitam Hg, dengan KCN berlebih tidak terjadi perubahan
- sampel ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan putih kekuningan Hg2CO3, dengan Na2CO3 mendidih menjadi hitam terdapat endapan Hg
Ag :
- sampel ditambahkan HCl terbentuk endapan putih AgCl, tambahkan dengan NH3 menadi larut [Ag(NH3)2]2-+, tambahkan air panas tidak terjadi perubahan
- sampel ditambahkan NH3 sedikit terbentuk endapan coklat Ag2O, dengan NH¬3 berlebih larut [Ag(NH3)2]2-
- sampel dengan NaOH sedikit terbentuk endapan coklat Ag2O, dengan Na(OH) berlebih tidak terjadi perubahan
- sampel ditambahkan KI sedikit terbentuk endapan kuning AgI, dengan KI berlebih tidak ada perubahan
- sampel ditambahkan K2CrO4 terbentuk endapan merah Ag2CrO4, ditambahkan NH3 larut [Ag(NH3)2]+
- sampel ditambahkan KCN sedikit terbentuk endapan putih AgCN, dengan KCN berlebih larut [Ag(CN)2]-
- sampel ditambahkan Na2CO3 terbentuk endapan putih kekuningan Ag2CO3 mengendap, dengan Na2CO3 terbentuk endapan cokelat Ag2O

1.3 Pemisahan dan identifikasi Kation Golongan II
Apabila H2S dialiri ke dalam larutan contoh ( Golongan II-IV) yang telah diasamkan dengan HCl 0,3 M, hanya sulfida golongan II saja yang dapat mengendap, sedangkan sulfida kation-kation golongan III-V larut dalam HCl 0,3 M.
Sulfida-sulfida kation golongan II adalah:
As2S5, As2S3, HgS, CuS, Sb2S3, Sb2S5, SnS2, Bi2S3, PbS, CdS dan SnS.
Berdasarkan sifat kelarutan kation-kation golongan II di dalam pereaksi disulfida, maka:
- Kation yang larut : Hg, As, Sb, Sn
- Kation yang tidak larut : Cu, Pb, Bi, Cd
Selanjutnya dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation golongan II
Bi3+ :
- Setetes larutan contoh ditambahkan NH4OH terbentuk endapan yang tidak larut dalam kelebihan pereaksi.
- Setetes larutan contoh ditambahkan dinatrium hidrogen phosfat, terbentuk endapan putih BiPO4.
- Sampel ditambahkan NH3 terbentuk endapan putih, dengan NH3 berlebih tidak larut
- Sampel ditambahkan NaOH sedikit terbentuk endapan putih, dengan NaOH berlebih tidak larut
- sampel ditambahkan KI tetes-tetes terbentuk endapan hitam, dengan KI berlebih endapan larut, terbentuk ion tetraiodobismut yang berwarna jingga
Cu2+ :
- Setetes larutan contoh ditambahkan NH4OH terjadi endapan kemudian larut dalam kelebihan pereaksi, larutan biru dari kompleks Cu(NH3)42+ ditambahkan pereaksi K4[Fe(CN)6]
- Sampel ditambahkan NH3 sedikit terbentuk endapan biru, dengan NH3 berlebih endapan larut terbentuk warna biru tua
- Sampel ditambahkan NaOH terbentuk endapan biru Cu(OH)2, dengan NaOH berlebih endapan tidak larut, dipanaskan terbentuk endapan hitam CuO
- Sampel ditambahkan KI terbentuk endapan putih tembaga iodida, tapi larutannya berwarna coklat tua
- Sampel ditambahkan kalium tiosianat terbentuk endapan hitam Cu(SCN)2

Cd2+ :
- Setetes larutan contoh ditambahkan NH4OH berlebih terbentuk endapan (NH4)42+, aliri H2S terbentuk endapan kuning.
- Sampel ditambahkan NH3 tetes-tetes terbentuk endapan putih Cd(OH)2, dengan NH3 berlebih endapan larut
- Sampel ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih, dengan NaOH berlebih endapan tidak larut
- Sampel ditambahkan kalium tiosianat tidak membentuk endapan ( perbedaan dari tembaga),
- Sampel ditambahkan kalium iodida tidak membentuk endapan (perbedaan dari tembaga)
Pb2+ : idem golongan I
As3+ : Setetes larutan contoh ditambahkan setetes larutan AgNO3 terbentuk endapan kuning perak. Endapan larut baik dalam asam nitrat maupun amoniak.
Arsenik III, As(III)
- Sampel ditambahkan larutan perak nitrat (AgNO3) terbentuk endapan kuning Ag3AsO3, ditambahakan asam nitrat endapan larut atau ditambahakan ammonia endapan larut
- Sampel ditambahkan tembaga sulfat terbentuk endapan hijau arsenit
Arsenik (V), As(V)
- Sampel ditambahkan larutan erak nitrat (AgNO3) terbentuk endapan merah kecoklatanAg3AsO4, ditambahkan asam endapan larutatau ditambahkan ammonia endapan larut (amonia) sedangkan sulfida golongan IV-V larut. Untuk menghindari terjadinya endapan, Mg(OH)2 maka ditambahkan NH4Cl untuk menekan ionisasi NH4OH . Berdasarkan sifat kelarutan kation golongan III terhadap NH4OH, maka:
- Yang mengendap (III A) : Fe3+, Cr3+, Al3+, Mn2+ sebagai hidroksida.
- Yang larut (III B) : Zn2+, Ni2+, Co2+, Mn2+ membentuk komp-leks.
Kemudian dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation :
Fe3+ : 1. Setetes larutan contoh ditambahkan larutan KSCN 2 M, terjadi warna merah darah
2. Setetes larutan contoh ditambah larutan K4[Fe(CN)6] terjadi warna biru
Al3+ : 1. Setetes larutan contoh ditambahkan larutan NH4OH terbentuk endapan putih gelatinous dari Al(OH)3 larut sedikit dalam kelebihan pereaksi.
2. Larutan contoh ditambahkan larutan NaOH. Terbentuk endapan putih Al(OH)3, larut dalam kelebihan pereaksi terbentuk ion tetra hidroksi aluminat.
3. Larutan contoh ditambahkan larutan Na2CO3, terbentuk endapan putih, endapan larut dalam pereaksi berlebihan.
Stibium, Sb(II)
- Sampel ditambahkan larutan NaOH terbentuk endapan putih
- Sampel ditambahkan larutan NH3 terbentuk endapan putih
- Sampel ditambahkan larutan KI warna larutan menjadi merah
Stibium V, Sb (V)
- Sampel ditambahkan larutan KI dalam suasana asam terbentuk kristal iod memisah dan mengapun diatas permukaan larutan, dipanaskan muncul up lembayung iod
Timah, Sn(II)
- Sampel ditambahkan larutan NaOH terbentuk endapan putih Sn(OH)2, dengan NaOH berlebih endapan larut
- Sampel ditambahkan larutam merkurium klorida terbentuk endapan putih Hg2Cl2

Timah, Sn (IV)
- Sampel ditambahkan larutan NaOH terbentuk endapan putih seperti gelatin Sn(OH)4
- Sampel ditambahkan larutam merkurium klorida tidak ada endapan (perbedaan dengan timah (II))

Ni2+ : 1. Larutan contoh ditambahkan setetes NaOAc 2 M dan setetes larutan dimetilglioksida, terjadi endapan merah.
2. Larutan contoh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan hijau Ni(OH)2, tidak larut dalam pereaksi berlebih.
3. Larutan contoh ditambahkan larutan NH4OH, terbentuk endapan hijau, Ni(OH)2 dapat larut dalam pereaksi berlebih membentuk kompleks [Ni(NH3)6]2+ merupakan larutan biru tua.
Cr3+ : 1. Larutan contoh ditambahkan larutan NH4OH, terbentuk endapan gelatinous berwarna abu-abu hiaju/ abu-abu biru dari Cr(OH)3, sedikit larut dalam pereaksi berlebih. Dalam keadaan dingin dengan membentuk larutan lembayung atau merah jambu mengandung ion kompleks heksa aminkromat (III), [Cr(NH3)6]3+. Bila larutan tersebut didihkan terbentuk Cr(OH)3 kembali.
2. Larutan contoh ditambahkan larutan Na2CO3, terbentuk endapan Cr(OH)3.
Co2+ : 1. Larutan contoh ditambahkan sedikit KSCN padat dan sedikit amil alkohol kemudian diaduk. Warna biru pada amil alkohol menandakan adanya Co.
2. Larutan contoh ditambahkan larutan NaOH, dalam keadaan dingin menghasilkan endapan biru, Ca(OH)NO3 . Ditambahkan alkali berlebih kemudian dipanaskan terbentuk endapan berwarna merah jambu, Ca(OH)2 , akibat oksidasi berubah menjadi Co(OH)3 hitam.
3. Larutan contoh ditambahkan larutan KNO2 menjadi endapan kuning , K3[Co(NO2)6].
Co2+ : 1. Larutan contoh ditambahkan K4[Fe(CN)6] adanya endapan putih menandakan adanya Zn.
2. Larutan contoh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan seperti gelatin, Zn(OH)2. Endapan tersebut dapat larut dengan pereaksi yang berlebih dan larut dalam asam.
3. Larutan contoh ditambahkan larutan dinatrium fosfat terbentuk endapan putih, Zn3(PO4)2.
Mn2+ : 1. Larutan contoh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan putih, Mn(OH)2, tidak larut dalam pereaksi berlebih, jika dibiarkan endapan teroksidasi (udara) menjadi coklat MnO(OH)2.
2. Larutan contoh diasamkan dengan H2SO4 atau HNO3 ditambah 0,2-0,3 g kalium periodat (KIO4) didihkan larutan selama 1 menit maka terbentuk permanganat yang berwarna ungu (MnO4-). Catatan : Dalam pengujian ini harus bebas klorida.
3. Larutan contoh ditambahkan larutan amonium sulfida, terbentuk endapamn merah jambu, MnS. Endapan mudah larut dalam asam-asam mineral (HCl) ini merupakan perbedaan dari Ni dan Co. Endapan juga larut dalam asam asetat, ini merupakan perbedaan dari Ni, Co dan Zn.
Hg(II)
- sampel ditambahkan NH3 terbentuk endapan putih
- sampel ditambahkan NaOH sedikit terbentuk endapan merah kecoklatan, dengan NaOH berlebih tidak larut
- sampel ditambahkan KI perlahan-lahan terbentuk endapan merah kerkurium (II) iodida, dengan KI berlebih endapan larut

Kation golongan III
* Besi (II), Fe (II)
- sampel ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih Fe(OH)2, dalam keadaan asam endapan larut, terkena udara membentuk endapan coklat kemerahan, pada kondisi biasa, Fe(OH)2 nampak sebagai endapan hijau kotor
* Besi III, Fe (III)
- sampel ditambahkan NH3 terbentuk endapan coklat merah seperti gelatin Fe(OH)3, dengan NaOH berlebih endapan tidak larut ( perbedaan dari alumimiun dan kalium
- sampel ditambahkan larutam dinatrium hidrogen fosfat terbentuk endapan putih kekuningan FePO4
* Aluminium. Al
- sampel ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih Al(OH)3, dengan NaOH berlebih endapan larut
- sampel ditambahkannatrium fosfat terbentuk endapan puith gelatin AlPO4
- sampel ditambahkan natrium asetat tidak terbentuk endapan, dengan natrium asetat berlebih dan dididihkan terbentuk endapan bervolume besar Al(OH)2CH3COO
* Kromuim, Cr (III)
- sampel ditambahkan NH3 terbentuk endapan seperti gelatin warna abu-abu hijau sampai abu-abu biru Cr(OH)3
- sampel ditambahkan natrium karbonat terbentuk endapan kromium (III) hidroksida
- sampel ditambahkan natrium fosfat terbentuk endapan hijau CrO4
* Cobalt, Co
- sampel ditambahkan NaOH terbentuk endapan hijau Ni(OH)2, dengan NaOH berlebih dan dipanaskan terbentuk endapan merah jambu
- sampel ditambahkan kalium nitrit terbentuk endapan kuning K3[CO(NO2)6]
* Nikel, NI
- sampel ditambahkan larutan NaOH terbentuk endapan putih hijau Ni(OH)2, dengan NaOH berlebih endapan tidak larut
- sampel ditambahkan larutam ammonia terbentuk endapan hijau Ni(ON)2, dengan ammonia berlebih endapan larut
- sampel ditambahkan kalium nitrit tidak terbentuk endapan dengan adanya sam asetat (perbedaan dari kobal)
* Mangan, Mn(II)
- sampel ditambahkan larutan NaOH terbentuk endapan putih Mn(OH)2, dengan NaOH berlebih endapan tidak larut, dengan udra teroksidasi cepat membentuk endapan coklat MnO(OH)2
- sampel ditambahkan natrium fosfat terbentuk endapan merah jambu Mn(NH4)PO4
* Zink, Zn
- sampel ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih seperti gelatin Zn(OH)2, dalam keadaan asam endapan akan larutatau dengan NaOH berlebih endapan akan larut
- sampel ditambahkan NH3 terbentuk endapan putih, dengan NH3 berlebih endapan larut
- sampel ditambahkan hidrogen fosfat terbentuk endapan putih Zn3(PO4)2

1.6 Pemisahan dan identifikasi Kation Golongan IV
Dasar pemisahan golongan IV adalah dengan penambahan (NH4)2CO3 ke dalam larutan basa yang mengandung NH4Cl berlebih. Terbentuk endapan putih dari kation golongan IV, BaCO3, SrCO3 dan CaCO3, selanjutnya dilakukan uji spesifik sebagai berikut:
Ba2+: 1. Larutan contoh ditambahkan asam oksalat terbentuk endapan putih Ba(COO)2, larut dengan mudah dalam asam asetat encer ( perbedaan dari kalsium) dan asam mineral.
2. Larutan contoh ditambahkan larutan H2SO4 terbentuk endapan putih halus BaSO4, hampir tidak larut dalam air dan dalam asam encer, tapi larut dalam H2SO4 pekat mendidih.
3. Larutan contoh ditambahkan larutan K2CrO4 terbentuk endapan kuning, BaCrO4. Endapan tidak larut dalam asam asetat encer (perbedaan dari Sr dan Ca), tetapi larut dengan mudah dalam asam mineral (HCl) terbentuk dikromat Cr2O72-.
4. sampel ditambahkan NH3 tidak terbentuk endapan, dengan udara luar menjadi kekeruhan
5. sampel ditambahkan larutam natrium karbonat terbentuk endapan putih BaCO3 yang larut dalam asam asetat dan dalam asam mineral encer
6. sampel ditambahkan kalium kromet terbentuk endapan kuning BaCrO4,dengan asam saetat encer endapan tidak larut (perbedaab dari stronsium dan kalsium)
Ca2+: 1. Larutan contoh ditambahkan NH4OH dan amonium oksalat terbentuk endapan putih, Ca(COO)2. Endapan tidak larut dalam asam asetat, tapi larut dalam asam mineral (HCl).
2. Larutan contoh ditambahkan larutan K2CrO4, terbentuk endapan CaCrO4, jika ditambahkan asam asetat akan melarut ( bandingkan dengan Ca2+).
3. Larutan contoh ditambahkan H2SO4 encer terbentuk endapan putih, CaSO4. Endapan larut dalam H2SO4 pekat panas dan larut dalam amonium sulfat membentuk kompleks [Ca(SO4)2]2-.
4. sampel ditambahkan larutan NH3 tidak terbentuk endapan
5. sampel ditambahkan asam sulfat encer terbentuk endapan putih CaSO4
6. sampel ditambahkan kalium kromat tidak terbentuk endapan

Sr2+: 1. Larutan contoh ditambahkan H2SO4 encer terbentuk endapapan putih SrSO4. Endapan tidak larut dalam amonium sulfat (perbandingkan dengan Ca2+) dan larut sedikit dalam HCl mendidih.
2. Larutan contoh ditambahkan larutan NH4OH dan amonium oksalat terbentuk endapan putih Sr(COO)2. Endapan tidak larut dalam asam asetat, tapi sedikit larut dalam HCl.
3. Larutan contoh ditambahkan larutan K2CrO4, terbentuk endapan kuning SrCrO4, endapan larut dalam asam asetat (perbedaan dari Ba2+) dan asam klorida (HCl).
4. sampel ditambahkan larutan ammonia tidak terbentuk endapan
5. sampel ditambahkan larutan asam sulfat encer terbentuk endapan putih SrSO4
6. sampel ditambahkan kalium kromat terbentuk endapan kuning SrCrO4, dengan asam asetat endapan larut (perbedaan dari barium)

1.7 Identifikasi Kation Golongan V
Kation golongan V termasuk di dalamnya : Golonagn V : Mg2+, Na+, K+, NH4+.
Mg2+: 1. Larutan contoh ditambahkan larutan NaOH terbentuk endapan putih, Mg(OH)2 yang tidak larut dalam pereaksi berlebih, tetapi mudah larut dalam garam amonium (NH4Cl).
2. Larutan contoh ditambahkan larutan NH4OH tambahkan larutan hidrogen fosfat terbentuk endapan putih, Mg(NH4¬)PO4. Endapan larut dalam asam asetat dan HCl.
3. Larutan contoh ditambahkan pereaksi titan kuning dan setetes NaOH 2 M, terjadi endapan merah.
4. sampel ditambahkan NH3 terbentuk endapan putih seperti gelatin Mg(OH)2
5. sampel ditambahkan larutan ammonium karbonat terbentuk endapan putih magnesium karbonat basa
K+ : 1. Larutan contoh ditambahkan pereaksi Na3Co(NO)2 6 M, terjadi endapan kuning.
2. Larutan contoh ditambahkan asam tartrat ( Natrium Hidrogen Tartrat, terbentuk endapan kristalin putih, KHC4H4O6.
3. Sampel ditambahkan asam perklorat (HClO4) terbentuk kristalin putih KClO4
4. Sampel ditambahkan larutam merkurium klorida tidak ada endapan (perbedaan dengan timah (II)
Na+ : 1. Larutan contoh ditambahkan pereaksi ZnUOAc, terajdi endapan kuning.
2. Reaksi nyala.
NH4+: 1. Sedikit zat padat dipanaskan denagn 0,5 mL NaOH 6 N dalam tabung reaksi, cium bau yang keluar. Letakkan sepotong kertas lakmus merah basah di atas mulut tabung reaksi terjadi endapan warna biru.
2. Larutan contoh ditambahkan NaOH pekat di atas kaca arloji. Pindahkan setetes larutan atau suspensi yang dihasilkan ke atas kertas saring dan tambahkan pereaksi Nessler. Dihasilkan noda atau cincin berwarna kuning atau merah jingga.

1.8 Analisis Anion
Setelah dilakukan pengujian kation terlebih dahulu, baru dilakukan pengujian terhadap anion, relatif sederhana karena gangguan-gangguan dari ion-ion lain yang ada dalam larutan minimal (dapat diabaikan).
Pada umumnya anion-anion dapat digolongkan sebagai berikut:
 Golongan I (Golongan sulfat): SO42+, CO32+, Cr2O42-, AsO43-, AsO33-, PO43-, SO32-, BO33-. Anion-anion golongan ini mengendap dengan Ba2+ dalam suasana basa.
 Golongan II (Golongan halida): Cl-, Br-, S2-. Anion golongan ini mengendap dengan Ag+ dalam larutan asam (HNO3).
 Golongan III (Golongan nitrat) : NO3-, NO2-, CH3COO-. Semua garam dari golongan ini larut.

1.9 Uji Spesisfik Anion
SO42- : Larutan contoh ditambahkan larutan BaCl2 , terjadi endapan putih. Coba larutkan dalam sedikit asam klorida encer dan pekat , jika tidak larut menandakan adanya SO42-.
PO43- : Larutan contoh ditambahkan 2 tetes HNO3 6 M, kemudian tambahkan pereaksi amonium molibdat . Panaskan, terjadi endapan kuning.
CO32- : Sedikit zat dicampurkan dengan K2Cr2O7 padat dan dimasukkan dengan tabung reaksi mikro, tambahkan setetes H2SO4 2 M dan panaskan. Pada mulut tabung reaksi letakkan pipa atau batang kaca yang dicelup dalam Ba(OH)2, adanya kekeruhan menandakan adanya CO32-.
CL- : Larutan contoh ditambahkan larutan AgNO3 dan setetes HNO3 2 M terjadi endapan putih. Endapannya disentrifuge, dicuci dengan air suling kemudian pada endapan ini ditambahkan 10 tetes (NH4)2CO3, larut kembali kemudian lautan dibagi 2 :
a. Ditambah setetes KBr 1 M, terjadi endapan kuning
b. Ditambah HNO3 6 M hingga bersifat asam terjadi endapan putih.
I- & Br- : Ion-ion ini dapat direaksikan dengan gas/larutan Cl2 terbentuk Br2 dan I2 yang mempunyai nama khas di dalam CCl4.
Br2 dalam CCl4 terpisah coklat
I2 dalam CCl4 lapisan ungu
NO3- : Larutan contoh diasamkan dengan H2SO4 1 M dan dicampur dengan 3 tetes FeSO4 pekat ( yang baru dibuat) . Kemudian diteteskan dengan hati-hati/menggunakan pipet H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Cincin pada batas menandakan adanya NO3-.
NO2- : Uji nitrit dapat dilakukan seperti pada nitrat tetapi H2SO4 pekat diganti dengan asam asetat, uji nitrat memberikan cincin coklat.
CH3CO- : Larutan yang mengandung ion asetat, ditambahkan H2SO4 pekat (lewat dinding tabung) dan etil alkohol, kemudian dipanaskan akan menghasilkan ester etil asetat yang baunya seperti pisang ambon.
S2- : Larutan contoh ditambahkan larutan Pb asetat atau Pb nitrat menghasilkan endapan hitam, PbS.
CrO42- : Larutan contoh dimasukkan dengan asam asetat ditambahkan larutan BaCl2 terbentuk endapan kuning BaCrO4.
AsO43- : Larutan contoh ditambahkan larutan magnesia (campuran MgCl2, NH4Cl, NH4OH) akan membentuk endapan putih MgNH4AsO4. Karena PO43- juga memberikan AsO43- dengan menambahkan asam asetat dan larutan AgNO3 pada endapan tersebut, sehingga enadpan berubah menjadi coklat, Ag3AsO4.

Special Thanks untuk Ir Muljadi yang udah ngajar aq K.A di semster 1 n buat temen2 teknik kimia UNS...khususnya partnerq, Trijayati..hehheheheeeee




Buat kawan - kawan kalau butuh referensi lengkap bisa pakai Vogel jilid 1 n 2

Kamis, 17 Februari 2011

Kunjungan Industri

diawali dari sebuah proses yang cukup ruwet tapi cukup HAPPY ENDING....
sebagai program tahunan mahasiswa d3 teknik kimia mengadakan kunjungan industri ke pabrik yang ada disekitar Surakarta, rencana awal berdasarkan hasil rapat Temen2 pengen ke Pertamina & Holcim Cilacap, namun dosen tidak menyetujui, akhirnya keputusan rapat memilih ACIDATAMA Palur sebagai tujuan...
karena ada permasalahan teknis, kunjungan industri akhirnya dialihkan ke PT Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang,

jam 5.30 semua mahasiswa dah siap di kampus fakultas teknik gedung 1, bus Karya Jasa yang akan mengantar kamipun telah siap di tempat pada pukul 5.45...  kami cukup bersemangat, karena akhirnya dengan segala proses yang panjang kegiatan KI bisa terlaksana juga... cukup lama kami menunggu dosen karena dosen berangkat dari tawangmangu ( Ada acara lokakarya). jam 7 dosen tiba di bulevard dan kami langsung menuju Semarang.

Sungguh perjalanan yang asyik, palagi buat aq yang notabene anak bismania coz bus yang nganter kami itu bus keluaran terbaru, HINO RK8 yang katane better than mercy 1525 , karoserinya pake laksana LEGACY yang dilengkapi fasilitas yang GOOD,,,9 LCD, AC, Luas, n kondisi baru, karena buatan tahun 2010... pokoknya buat nyaman perjalanan deh,, Sopirnya cukup tua, jadi bawa bus nya gak ngebut2 banget,

 walau gitu, beliau bawa busnya cukup nyaman....
kami didampingi 3 dosen yaitu Ibu Ari Diana Susanti, S.T,M.T, Ibu Ir.Endang Mastuti & Ibu Sperisa
mereka senantiasa membimbing kami dengan senyum n sabar.  
dalam perjalanan berangkat, gak ada mahasiswa yang mabuk, n semua relatif gembira......
kami sempat nyasar di Semarang tapi gak nyampe jauh jadi gak terlalu ganggu perjalanan n jadwal kami.  kami tiba di pabrik pukul 10.00 WIB kurang dikit, kami tiba sesuai jadwal, kami diterima di PT Indofood pukul 10.00,..
Sambutan hangat diberikan PT Indofood kepada kami, selain ucapan selamat datang, kami juga dapat sarapan pagi berupa Mi goreng instan, ....
acara inti yaitu penjelasan proses produksi n sejarah PT Indofood, banyak hal yang bisa kami dapat, sebagai calon engineer kami memang perlu mengetahui hal-hal semacam ini. kamipun diberikan kesempatan untuk bertanya, dan kesempatan itu tak kami sia-sia kan, beberapa pertanyaan dilontarkan, dan pihak Indofoodpun memberikan jawaban yang cukup memuaskan...




kami dapat oleh2 n kenang2an sedus mi instan , kamipun tukar kenangan

setelah itu, kami diajak untuk memasuki pabrik, sayanknya karena kami terlalu asyik tanya jawab sehingga kami memassuki kawasan produksi sudah masuk jam istirahat, jadi kami hanya bisa melihat mesin2 yang sedang berhenti. tapi kami cukup pus, karena pengetahuan kami  telah bertambah  dan PT Indofood menyambut dan menjamu kami dengan sangat ramah dan baik....


setelah usai, kami melanjutkan perjalanan ke lawang Sewu, kami berwisata di Lawang Sewu, ada beberapa mahasiswa yang gak mau masuk, kamipun berfoto ria serambi meninggalkan penat karena semester3 kemarin dah buat kami cukup mumet......kamipun mengunjungi Masjid Agung,
Kami berterima kasih sekali kepada dosen pembimbing kami yang dengan sabar bersedia menemani dan mengantar kami,mereka terlihat sabar mendampingi kami bahkan pada acara bebas, kamipun kembali ke solo jam 6 sore dan kami tiba di solo jam 9 malam, perjalanan yang melelahkan tapi cukup mengasyikan,
kenapa q bilang asyik? krn teknik kimia selalu  identik dg kuliah yg mumet, stres, laporan, tugas, n ujian . dengan kegiatan seperti inilah kami bisa sejenak melepas penat dan berwisata juga bersama teman2 seangkatan...

masih ada 1 kegiatan lagi di bulan Juli 2011 yaitu Anjangkarya, semoga akan berjalan lancar krn kegiatan ini akan berlangsung selama 6 hari...

Special Thanks to Bu Ari Diana, Bu Endang Mastuti, Bu Sperisa sebagai dosen pembimbing, dan juga kepada P.Adi dari Indofood, thanks banget untuk sambutan ramahnya...
Untuk Hanung sbg ketua panitia yg dg sabar menghadapi segala tantangan dalam pelaksanaan kegiatan ini, buat hari, danang, rokhim yg selalu dukung kita.....
buat anak2 teknik kimia 09 yang terkasih...


TETEP SEMANGAT n' SUKSES SELALU WAT QT..............

aq postingin ini sbg kenang2anq,



Rabu, 26 Januari 2011

Nilai d3 Teknik Kimia kelas B 2009

Ini nilai berdasarkan PENGUMUMAN NILAI DI PENGAJARAN
Cara membaca  "URUT KEBAWAH SESUAI KETERANGAN"
Perhitungan ip ADALAH PERHITUNGANKU, jadi HARAP DICEK
dan UNTUK MENJAGA ADA KESALAHAN NILAI
BISA DICEK DI PENGAJARAN BELAKANG........
Keterangan Nilai:
4=A
3=B
2=C
1=D
0=E

Numpang pengumuman :
KI jam 5 harus sudah siap, Rabu 2 februari 2011

KETERANGAN URUTAN KEBAWAH
Nama
NIM
P.Proses
P.Limbah
P.TF
PIK
TF
SO
Perpan
ISBD
ATK
Jumlah Nilai X SKS
IP

Jaya
I8309022
4
3
3
2
3
3
3
4
2
64
3,05

Julia
I8309023
4
3
3
1
2
3
2
4
2
58
2,76

Laila
I8309024
4
3
3
2
3
3
2
3
2
60
2,86

Linwi
I8309025
3
3
3
2
3
2
2
4
1
55
2,62

Melani
I8309026
4
3
3
4
2
3
3
3
2
64
3,05

Mita
I8309027
4
4
3
2
2
3
4
4
4
71
3,38

Miranda
I8309028
4
3
3
1
2
2
2
3
1
52
2,48

Niken
I8309029
3
3
3
1
2
2
2
4
2
53
2,52

Nofrin
I8309030
3
4
3
3
2
3
3
3
2
62
2,95

Norma
I8309031
4
3
2
3
2
3
2
4
2
59
2,81

Novia
I8309032
4
3
3
2
2
2
2
4
2
58
2,76

Prima
I8309034
3
3
3
2
2
2
3
3
4
59
2,81

Rokhim
I8309035
3
3
3
2
2
3
3
4
3
61
2,90

Rosi
I8309036
4
3
3
2
2
2
2
3
2
56
2,67

Rudy
I8309037
4
3
3
2
3
2
2
3
2
58
2,76

Shelly
I8309038
4
4
3
3
3
3
3
4
3
71
3,38

Trias
I8309039
4
3
3
2
3
2
2
4
3
62
2,95

Trijayati
I8309040
4
3
3
2
2
3
3
3
2
60
2,86

Wahid
I8309041
3
3
3
1
2
2
2
3
2
51
2,43

Wahyu
I8309042
4
4
3
1
2
3
2
3
2
59
2,81

Yuanita
I8309043
3
3
3
2
2
1
2
3
2
51
2,43

Selasa, 25 Januari 2011

Mengapa Para Sarjana Indonesia Tidak Mau Kembali Ke Tanah Air?

Tahun 2009 segera berakhir, 2010 menjelang. Tanpa disadari, waktu terus berganti. Padahal, dibalik pergantian tahun itu, bangsa Indonesia tengah menghadapi persoalan serius. Jika dibiarkan, persoalan ini akan menimbulkan masalah besar pada jangka panjang.
"sarjana pintar"
Salah seorang sarjana Asia di MIT (Massachusetts Institute of Technology) yang menguji penemuan robotnya
Bahkan, persoalan tersebut nyata ada di depan mata. Ironisnya, ini belum disadari oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya, masalah ini terus berlarut-larut sehingga merugikan Indonesia.
Salah satu fenomena yang menonjol itu adalah semakin kuatnya kecenderungan orang pintar Indonesia yang mendapat gelar doktor dari luar negeri, memilih tinggal dan bekerja di luar negeri. Mereka adalah doktor-doktor terbaik lulusan Yale, Cranfield, Stanford, MIT dan lain-lain. Umumnya mereka bergelut di bidang ilmu eksakta dan engineering seperti teknik, fisika, matematika komputer, dan sejenisnya.
Tahun 2007 saja sekitar 20-an doktor Indonesia lulusan luar negeri memilih bekerja di Malaysia, 3 orang bekerja di Brunei, dan sekitar 5 orang di Singapura. Setiap tahun Depdinkas dibanjiri permintaan para doktor yang sudah selesai ikatan dinas untuk diizinkan bekerja di luar negeri. Padahal untuk “mencetak” seorang doktor di perguruan tinggi bergengsi di luar negeri, biaya yang dibutuhkan lebih dari $30 ribu per tahun.
Ada beberapa alasan mengapa eksodus terjadi:
Pertama, Remunerasi. PTN tempat mereka bekerja sebelumnya tidak mampu memberikan remunerasi yang layak. Sementara gaji mereka di Malaysia sekitar Rp 50 juta per bulan, belum termasuk fasilitas perumahan dan pendidikan gratis untuk anak mereka.
Banyak sekali mahasiswa Indonesia Menuntut ilmu di Nanyang University Singapore ini
Banyak sekali mahasiswa Indonesia Menuntut ilmu di Nanyang University Singapore ini
Kedua, Tantangan pengembangan ilmu. Banyak dari mereka yang butuh situasi kerja yang benar-benar membawa tantangan. Mereka ingin sekali agar ilmu yang mereka dapatkan benar-benar dapat didayagunakan secara optimal. Malaysia dan negara lain mampu menghadirkan hal tersebut, salah satu contohnya adalah Malaysia saat ini telah mengembangkan Pusat Biotech Valley di Petaling Jaya, Kuala Lumpur, semacam Silicon Valley di Amerika Serikat.
Indonesia juga terancam kehilangan generasi cerdas dan brilian, karena sebagian besar anak-anak cerdas peraih penghargaan olimpiade sains internasional memilih menerima tawaran belajar dari berbagai universitas di luar negeri, terutama Singapura.
Pemerintah hanya memberikan fasilitas masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes dan siswa bersangkutan dijanjikan akan diberikan beasiswa. Sementara Singapura lebih agresif dengan memburu siswa-siswa brilian ke sejumlah sekolah di Indonesia lewat agen yang tersebar di sejumlah kota, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.
Siswa-siswa brilian itu dijanjikan fasilitas yang menggiurkan. Selain beasiswa, siswa cerdas juga ditawari subsidi biaya kuliah (tuition grant) dari Pemerintah Singapura sebesar 15.000 dollar Singapura (sekitar Rp 112,5 juta per tahun), atau pinjaman bank tanpa agunan untuk biaya kuliah. Jika siswa mengambil pinjaman bank, cicilan pinjamannya dibayar setelah mereka bekerja.
Sekitar 250-300 siswa cerdas Indonesia setiap tahun pergi ke Singapura untuk kuliah di perguruan tinggi seperti Nanyang Technological University, National University of Singapore, dan Singapore Management University. Dari total pelajar dan mahasiswa Indonesia di Singapura sebanyak 18.341 orang, sekitar 5.448 orang di antaranya sedang mengambil S-1, S-2, dan S-3 di berbagai program studi. Singapura menargetkan merekrut 150.000 mahasiswa asing hingga tahun 2015.
Harus ada kebijakan terobosan untuk mempertahankan siswa-siswa cerdas dan brilian tetap menjadi aset Indonesia. Mereka memang perlu mengembangkan ilmu ke berbagai universitas terkemuka di dunia, namun harus diciptakan kondisi yang mendukung agar mereka bergairah kembali ke Tanah Air untuk mengabdikan ilmunya untuk kemajuan bangsa Indonesia.
Penulis:
Said Didu adalah Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia dan Sekretaris Menteri Negara BUMN. Analisis ini disarikan dari pidato Said Didu di acara Persatuan Insinyur Indonesia di Jakarta pada 21 Desember 2009
Sumber: Vivanews
Sumber: ruanghati.com/
Gambar: tnc-magazine.net/
disadur dari :http://www.carikampus.com/index.php?action=news.detail&id_news=239